Memulai Kampanye Waspada Pedofilia

Tantangan pengasuhan anak makin berat yaa.. Terbaru ini kasus pedofilia yang rame banget. Alhamdulillah, kasus itu jadi wake up call, alarm buat menyentil para #emakrempong biar nggak asik aja sama hape *jitakkepalasendiri, atau sibuk sendiri sementara anak kemana-mana. Di jejaring sosial langsung bertebar kiat mewaspadai pedofil, lagu yang ngajarin jenis-jenis sentuhan, materi tarbiyah jinsiyah/sex education untuk anak, peran asuhan ayah-ibu. Banyaak sampe pengen ngsave semuanya ~lalu berasa banyak banget PR-nya nih 😔

(Jangan bilang sampe bingung  saking banyaknya yaa haha.. )

Hal paling mendasar buat yang anaknya masih imut-imut kategori balita (bawah lima tahun) setidaknya ada 3:

1. Pengenalan dasar tentang parts of my body. Di poin ini selalu sampaikan bahwa tubuh kita amanah titipan dari Allah, dikasih untuk dijaga.

Kok berat amat pake nyinggung Allah segala? Eitss never underestimate children, justru di masa kanak2 gini waktunya pemupukan fitrah keimanan yang sudah Allah install di tiap diri yang terlahir di dunia. Biar benih iman kian subur di kemudian hari, dengan bekal imaji bahwa Allah Maha Baik, Maha Hebat lagi Maha Penyayang memberi mata-tangan-kaki-dst dengan fungsinya yang luar biasa. 

2. Bahasakan bagian-bagian yang perlu ditutup dengan Aurat. Stop memberi nama lucu bin aneh untuk kemaluan. Sudah habis masanya meng-alay kan yaa buu? Ndak perlu repot ciptain nama titi, nini, ciwi, apalaah macam-macam. Kenapa? Karena penamaan ini berkaitan dengan sense yang akan ditangkap anak. Lafaz aurat عورة dalam bahasa arab memakai huruf yang memang ber-rasa besar, berat, huruf 'ain dan ra', yang ketika mendengarnya sudah menghadirkan rasa segan istimewa tersendiri, jadi menghapus lintasan peluang untuk memainkan dan menyepelekan.

3. Bangun kesadaran privasi sedari kecil dan konsisten menghormati hak privasinya. Dengan selalu minta izin ketika mengganti popok, misalnya.  

Termasuk dalam hal membangun kesadaran ini adalah membiasakan menutup pintu ketika bak-bab, juga mengajarkan thaharah, bersuci dari Bak-Bab semampunya. Paling mudah memang bersuci dari buang air kecil ya, kalau Bab juga sampai umur 3 tahun gini si kakak masih harus dibantu. 

Boleh juga sekali-kali diberikan kesempatan membersihkan Bak sendiri, berikan kepercayaan yang menjadi modal sikapnya di hari mendatang. Proses ini perlu karena suatu waktu, kita mungkin akan dihadapkan pada situasi tidak bisa membantu anak bersuci, sementara kita harus konsisten dengan ajaran bahwa auratnya itu tak boleh dipegang sembarang orang lain. Lagipula, practice makes perfect kan ya? 

Takut kurang bersih? Ya, pastikan saja di setiap harinya ada kala kita bantu bersuci untuk memastikan kebersihannya, setidaknya saat mandi atau saat bersih-bersih jelang tidur. 

Juga mengajarkan jenis sentuhan. Bagian mana yang boleh disentuh -dengan jenis sentuhan tertentu- dan bagian mana yang tidak boleh. Lebih enak pakai mainan sambil dibawa ngobrol santai. Foto terlampir ini contoh invitation play tentang sentuhan yang kami lakukan. Simpel tapi cukup membantu membahasakan materi ke anak umur 3 tahun. Bisa diawali dengan nyanyi, peraga ke diri anak sebagai bentuk penyampaian konkret. Lalu diakhiri main stiker warna seperti di gambar. Warna hijau menunjukkan bagian yang boleh disentuh orang lain dengan jenis sentuhan tertentu. Merah untuk bagian terbatas bagi diri sendiri (dan orangtua). 

Gambar hasilnya kami pajang di rak buku, karena sudah dipasang di roll bekas tissu jadi bisa standing. Murah dan mudah, Lumayaan buat review sewaktu-waktu 😊 Nah bisa deh ibu-ibu kreatif pake cara lain, ide-ide bertebaran di jendela net hehe... 

Dalam membangun kesadaran privasi ini, seorang kawan Mesir sempat bercerita upaya yang ia ajarkan ke anaknya. Karena sama-sama anaknya perempuan dan seumuran jadi serasa senasib. Di Mesir, at-taharrusy al-jinsiy atau pelecehan seksual acapkali terjadi di angkutan umum. Di bis yang penuh, hati-hati jika ada yang menggesek-gesek, tak ada salahnya sedia jarum (ini sih resep ala mahasiswi kepepet ya. Tapi cukup ampuh sih, karena gampang dibawa kan ya?) 

Jadi balik lagi ke kawan Mesir, si ibu ini mengajarkan rumus 5 jari pada anaknya. "Batas diri yang harus dijaga di tempat ramai dan angkutan umum ada di sini", katanya sambil mengacungkan satu telapak tangan. "Jarak 5 jari ini tak boleh dilewati siapapun. Ini wilayah khususmu", sambil menunjukkan 5 jarinya lalu si ibu ini memposisikan telapak tangannya di depan badan, depan muka, lalu diletakkan di atas kepala dan belakang badannya. Artinya, jika ada yang dirasa terlalu mepet jarak ini, sinyal waspada harus mulai ditingkatkan. Rumus 5 jari ini buat saya cukup menghadirkan bentuk konkret dari kata 'dekat' yang kadang relatif.

"Kalau sejak kecil kita membiasakan ini, anak akan terlatih tidak nyaman dengan keintiman selain keluarga dekatnya. Dan sebenarnya, kita juga sedang berlatih mengajarkannya menghindari khalwat, berduaan dengan non mahramnya yang dilarang dalam islam", tambah si ibu Mesir sambil tersenyum. Kelak, katanya, masa aqil baligh anak kita akan penuh godaan khalwat tersebut. Digemborkan lewat layar kaca dan dunia pergaulan nyata. Dan tugas kita membentenginya sejak mula. 

Nah kan, betapa perjalanan pengasuhan kita masih panjang, semua dimula dari sini; dari rumah sendiri, dari orangtua yang peduli, dari dukungan ikhtiyar dan tawakkal pada Ilahi.

Cairo. 19/3/2017
Catatan dini hari, mengiringi doa diri untuk buah hati; Allahummahfazh aulaadana wa aulaad al-muslimin :)

Comments

  1. Masyallah bener2 cobaan danbgidaannya gede banget ya Mbak mengasuh anak di jalan sekarang, jadi ngeri sih :(
    Bener2 kita ortu hrus waspada banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. yep memang berat yaa.. harus banget banyak minta tolong sama Allah ya :(

      Delete
  2. Bisa ditiru cara kampanye pedofilianya, terutama ngajarin ke anak
    Makasih ya mbk

    ReplyDelete

Post a Comment