Kajian Online : Fiqh Shiyam alias Puasa

Judulnya, belajar berbagi dengan keterbatasan jarak dan memberdayakan tekno. Sebab cara belajar paling baik ya begini, berbagi saling belajar-mengajar :) btw emang lagi menjamur banget yaa grup kajian whatsapp berbasis komunitas macam gini yaa..

Nah, Islamic Parenting Community tanggal 10 Juni lalu mengadakan Bincang Seru dengan tema Fiqh Shiyam. Mau tau seperti apa diskusi serunya? simak ulasannya berikut ini, ya :)

Tema                          : Fiqh shiyam
Narasumber             : Wafiyyah Ahdiyah, Lc
PJ management       : Riesya Utami & Resa Rahmawati
Admin                       : Resa Rahmawati
Host                            : Ledi Soviana
Co Host                     : Aldila Fitri RNM
MC IPC #1                : Andri Nurvika
MC IPC #2                : Elia Ika Ramadewi
MC IPC #3                : Rusnaeni
PROFIL NARASUMBER

Wafiyyah Ahdiyah, Lc

Lulusan fak. Syari’ah Islamiyah di Univ. Al-Azhar, Kairo, setelah sebelumnya menikmati masa nyantri di Ponpes Husnul Khotimah, Kuningan-Jawa Barat. Kini berprofesi sebagai ibu rumah tangga di ranah rantau, sambil terus belajar bermanfaat untuk umat.
Bersama beberapa kawannya mengasuh grup kajian online tentang Fiqh.

Fiqh Shiyam 

Tamu istimewa serupa Ramadhan yang akan datang beberapa hari lagi tentu membahagiakan. Selain bahagia, perlu segera mempersiapkannya, dari mental diri, fisik, juga bekal pengetahuan.

Puasa Ramadhan pertama kali disyariatkan kepada umat Islam pada tahun 2 H.
Dalil wajibnya puasa Ramadhan: QS. Al-Baqarah : 183, 185.

Hadits dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin al-Khathab RA, berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Islam dibangun di atas 5 perkara; Bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (HR Tirmidzi & Muslim) (hadits arba’in anNawawi no.3)

Puasa Ramadhan wajib bagi tiap muslim yang berakal, baligh, sehat mampu berpuasa dan bebas dari haid serta nifas (bagi perempuan).

Dari prasyarat orang yang wajib berpuasa, didapati rukhsah (keringanan) untuk berbuka bagi orang yang lanjut usia, sakit serta musafir. Demikian juga bagi ibu hamil dan menyusui.
Bagaimana menggantinya? Pada prinsipnya, semua puasa yang ditinggalkan menjadi hutang yang wajib diqadha, kecuali bagi orang yang tidak lagi memiliki kemampuan semisal sudah tua, atau memiliki penyakit yang tidak memungkinkan berpuasa dan diyakini sulit sembuh hingga akhir hayatnya, maka berkewajiban mengganti dengan fidyah; sejumlah 1 mudd atau setara 510 gram, untuk satu harinya.

Hal yang membatalkan puasa :
– Makan & minum dengan sengaja
– Muntah dengan sengaja
– Haid dan nifas
– Keluar mani, baik sebab bersentuhan atau dengan tangan
– Masuknya benda dengan sengaja lewat tenggorokan/kerongkongan lalu sampai ke perut
– Niat berbuka
– Gila
– Kematian
– Jima’ (berhubungan intim)
Konsekuensi batal puasa akibat sebab-sebab di atas adalah qadha (mengganti puasa di hari lain), kecuali untuk sebab yang terakhir, yaitu jima’, maka kewajiban qadha ditambah dengan kaffarat.

Apakah kaffarat itu? Kaffarat asal katanya berarti penghapus dosa, dalam konteks batal puasa sebab jima’ kaffarat berupa salah satu dari 3 perkara; membebaskan budak (Alhamdulillah saat ini perbudakan sudah tiada ya ), atau berpuasa berturut-turut selama 2 bulan, atau jika tidak mampu, maka memberi makan orang miskin sejumlah 60 orang.

Sunnah dalam berpuasa :
1. Sahur
2. Menyegerakan berbuka
3. Menahan diri dari perkataan keji & perbuatan yang tidak bermanfaat, berdasarkan sabda Rasulullah Saw, bahwasanya puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus, tapi juga menahan diri dari kekata kotor dan perbuatan sia-sia.
4. Memperbanyak ibadah,  termasuk utamanya di 10 hari terakhir.

Semoga catatan ringkas ini bisa menjadi pengingat dan tambahan bekal ilmu menghadapi Ramadhan yang penuh berkah. Sehingga kelak keluar dari madrasah Ramadhan dengan sepenuh taqwa, sesuai janji keutamaannya; sesungguhnya bagi ia yang berpuasa dengan keimanan serta kesungguhan diampuni dosa yang telah lalu.
Allahumma taqabbal ya Rabb.

SESI TANYA JAWAB

TANYA : 1. Mba Risma_Blitar_Ipc 2
bagaimana jika lupa hutang puasa yg telah lalu?
karena beberapa teman sy,menganggap gdg membayar fidyah-yg dilebihkan dianggap sudah “lunas” hutang puasanya.

JAWAB : Pada prinsipnya, puasa yang terhutang wajib dibayar dengan puasa, kecuali bagi yang memiliki ketidakmampuan jangka panjang semisal sudah tua atau sakit menahun. Bagi yg sebabnya adlh sdh tua atau sakit yg tdk kunjung sembuh ini, maka diganti fidyah. InsyaAllah belum terlambat, selama masih ada umur dan kemampuan untuk berpuasa silakan ditunaikan puasanya

TANYA : 2. Ica_jakarta_ipc 3
Mba wafy, utk ibu hamil dan menyusui bagaimana hukum puasanya? Apakah diberikan keringanan utk tdk berpuasa lalu cukup bayar fidyah, ataukah bayar fidyah dan harus mengganti puasa? Terima kasih atas jawabannya
JAWAB : 2. Hukum asalnya Ibu hamil dan menyusui sama seperti yang lain jika memenuhi syarat mampu wajib puasa. Apabila tidak mampu, maka mendapatkan keringanan. Terkait gantinya memang ada beberapa pendapat terkait ibu hami dan menyusui ini. Ringkasnya sbg berikut:
ada 3 kategori disebutkan dalam fiqh mazhab Imam As-Syafi’i:
1. Ibu hamil atau menyusui tidak berpuasa karena memang fisiknya tidak sanggup berpuasa. Kewajibannya hanya mengqadha sebanyak hari yg ditinggalkan. Baik di tahun selanjutnya atau di tahun selanjutnya lagi.
2. Ibu hamil atau menyusui tidak berpuasa karena sebab takut terhadap kandungan atau bayi susuannya. Sedangkan ia sebenarnya sanggup berpuasa. Kewajiban mereka mengqadha puasa dan suami mereka harus membayarkan fidyah untuk mereka, karena dasarnya sanggup berpuasa namun demi perkembangan bayi ia tidak berpuasa.
3. Ibu mengandung atau menyusui tidak berpuasa karena tidak sanggup berpuasa dan juga ditakutkan pada bayinya jika ia berpuasa. Kondisi ketiga ini sama seperti kondisi yg pertama.
Semoga jelas ya.

TANYA : 3. Candra_Bandung_IPC2
Selamat Menyambut Ramadhan IPCers, dear Mb Wafy tahun kemarin saat sy sedang hamil, sy 1 hari puasa-1 hari tidak atas anjuran dokter. Dlm mahdzab sy, ketika hamil/menyusui puasa ramadhan wajib diqadha, nmun di suami cukup membayar fidyah. Bagaimana menurut Mb Wafy, apakah sy ttp mengqadha? Moga berkah ya Mba ilmunya..
JAWAB : 3. Indahnya perbedaan ya mbak :) memang begitulah khazanah islam, ada banyak pendapat di satu masalah yang menjadikannya fleksibel shingga sesuai dgn perkembangan zaman. Utk kasus mbak Candra, bisa dilihat yang mana yang paling besar maslahat/kebaikan yang berpulang bagi diri, keluarga dan orang banyak.

TANYA : 4. Cici_Bandung IPC 2
2 tahun yang lalu saya melahirkan dan menyusui. Tidak puasa ramadhan. Sudah membayar fidyah. Apakah tetap diwajibkan membayar puasa yg ditinggalkan? Apabila iya, berdosakah saya krn baru setelah 2 thn membayar puasa?
Terima kasih Mba.

JAWAB : 4. Ada pendapat memang yang memandang utk kondisi hamil dan menyusui cukup pakai fidyah sj, seperti riwayat dari ibnu Abbas. InsyaAllah Allah Maha Rahim. Kalau saya sendiri cenderung melihat kemampuan, jika masih mampu menunaikan meski nyicil InsyaAllah lebih baik. Tapi apabila tdk memungkinkan maka boleh dcukupkan dengan fidyah.

TANYA : 5. Vita_sentul_ipc3
Mba Wafy, tahun lalu saat puasa saya sedang hamil 8bulan. Saat itu berat badan bayi dalam kandungan masih dibawah normal jadi disarankan tidak puasa dan lebih banyak makan oleh dsog. Saya sempat coba puasa beberapa hari tapi setelah itu saya sakit. Saya bingung tentang bayarnya, saya tau harus bayar fidyah, tapi saya juga harus qodo puasa? Atau pilih salah satu, bayar fidyah atau qodo puasa? Maaf sebelumnya atas ke-awam-an saya, dan terima kasih atas perhatian mba Wafy menjawab pertanyaan saya
JAWAB : 5. Ini mirip dengan pertanyaan sebelumnya ya mbak
Tentang hamil dan menyusui ini memang kasusnya kita banget ya, dlm artian sangat berkenaan dgn kita selaku perempuan. Jadi begini, ada baiknya kita mula bahas kenapa ada banyak perbedaan menyikapi ibu hamil & menyusui ini ya..
Jadi, dlm alQur’an yang jelas disebut dapat rukhsah/keringanan adlh yang musafir & sakit. Kemudian bagi yg tidak mampu ganti dgn puasa jg boleh diganti fidyah. Yg jelas memliki ketidak mampuan adlh org tua & sakit panjang. Dari situ, ada ulama yang menganggap ibu hamil & menyusui spt halnya org sakit yg dpt sembuh lalu berpendapat wajib qadha, sementara ulama yg berpendapat ibu hamil & menyusui masuk kategori tdk mampu spt org tua & yg sakit tak kunjung sembuh, maka cukup fidyah.

TANYA : 6. Vita_sentul_ipc3
Cara bayar fidyah yang betul gimana mba Wafy? Di sekaliguskan atau satu hari satu fidyah? Berupa makanan atau uang?
JAWAB : 6. 1 hari hutang puasa. 1 fidyah (510 g). Kalau 10 hari, berarti tinggal dikali saja, boleh dibayarkan sekali waktu. Dalam bentuk apa? Pada dasarnya fidyah adlh memberi makan, dikembalikan pada maslahat, yang mana yang akan memberi maslahat lebih besar.

TANYA : 7. Fatma_Tangerang_IPC 4
Bunda Wafy, mau nanya jika kita disuntik vaksin pada saat puasa apakah dapat membatalkan puasa?
JAWAB : 7. Suntikan termasuk hal yang dibolehkan dan tdk membatalkan puasa ya. (silakan cek buku Fiqh sunnah karya sayyid sabiq ya Bunda) *oya, dgn catatan suntikan adlh vaksin spt yg ditanyakan mbak Fatma, atau misal obat lain. Sedang utk suntikan yg mengandung zat atau asupan makanan tambahan, ulama kontemporer cenderung berpendapat membatalkan. Wallahua’lam.

TANYA : 8. Tika_Tangerang_IPC 1
Untuk keringanan puasa bagi musafir, bagaimana ketentuan seorang yang sedang bepergian yang diperbolehkan untuk berbuka ? Seorang teman saya akan dinas kerja ke negara eropa pada ramadhan ini saat sedang musim panas (periode puasa bisa sampai 18 jam) selama lebih dari 3 hari, bagaimana hukumnya ? terima kasih..
JAWAB : 8. Ketentuan musafir ya, pendapat jumhur/mayoritas ulama mensyaratkan jarak musafir yang diperbolehkan adlh jarak yg diperbolehkan kita meng-qashar shalat, yaitu kisaran 83 km. Meskipun ada juga pendapat ulama yang memperbolehkan secara mutlak, dlm artian siapapun menempuh jarak yang biasa secara adat kita sebut sebagai perjalanan, boleh berbuka. Utk perjalanan ke Eropa, tentu sdh memenuhi jarak tsb.

Islamic Parenting Community
fan page: https://m.facebook.com/isparentingcommunity

Instagram: @islamicparenting

twitter: @isparentingcom

blog: isparenting.wordpress.com

Comments