Kontradiksi #1

"kok bisa?"

pertanyaan serupa seringkali saya jumpai di sekilas perbincangan dengan orang lain, sebutlah tamu pendatang, tentang suasana mahasiswa Indonesia di Mesir (masisir), satu komunitas heterogen dimana saya termasuk di dalamnya. yang terakhir adalah pekan lalu, dimana Allah menghendaki saya bertemu rombongan tamu Indonesia yang berkesempatan menghirup udara Kairo. berjalan menyusuri satu kawasan yang mayoritas masisir berdomisili disana, banyak sekali 'kok bisa' yang terlisankan. kenyataan keseharian yang tidak tanggung jauhnya dari bayang yang menguasai benak tampaknya menjadi faktor utama 'kok bisa anak Azhar seperti itu' itu banyak keluar.

bisa dipahami, 'kok bisa' itu pasti muncul setelah perbandingan semerta antara kondisi masisir de facto dengan fakta keberadaan di Mesir dengan segala julukan kebaikan yang disandang negeri ini. maka, sependek perkiraan saya, pastilah 'kok bisa' itu memiliki pengantar, atau setidaknya ekor penutup. dan, saya cukup yakin kekata yang mengisi pengantar atau ekor penutup dari 'kok bisa' berkisar antara 'kan', 'tapi', 'ternyata', 'sayangnya', 'padahal', dll. yang mana semuanya bernada kontradiksi.

tidak, saya tidak akan memperpanjang contoh atau bentuk kontradiksi harapan dan realita seputar masisir maupun kontradiksi ajaran, teori dalam kitab panduan, dengan kejadian, amalan di ranah praktis di sini. biarlah media lain atau person lain yang mengangkatnya. toh, satu-dua, bahkan ratusan anggota komunitas masisirpun sudah mengenali dan memahami aneka bentuk kontradiksinya. saya hanya ingin menuliskan sedikit saja paragraf catatan saya terhadap gejala kontradiksi ini.

pertama, kontradiksi ini tidak hanya melanda dunia masisir. pribadi serta masyarakat muslim tak urung terjangkiti gejala ini. lihat, berapa orang yang sudah berkata kecewa, "mana islam yang katanya beradab itu.." lalu beberapa yang telah mengidap kekecewaan akut lantas berbalik memilih jalan frontal; menyatakan murtad, atau berlaku sesuatu yang berat mengindikasikan kemurtadannya.

oya, sebelum ke poin kedua, mari lihat statement yang biasa digunakan mengungkapkan kekecewaan tersebut: "mana islam yang katanya beradab itu.." atau semacam "ternyata islam..."

tolong garisbawahi kata "islam" disana! satu lagi penyakit detected: isnad amrin ila ghairi mustahiqqih. menisbatkan sesuatu kepada selain pelaku, yang ternyata sangat memicu kerancuan. padahal, siapa yang ternoda? siapa yang menodai? *skip. just save it for another postin* :D

kedua, kok bisa kontradiksi yang terwajahkan dalam kalimat 'kok bisa' terjadi? mengapa, sampai-sampai timbul pernyataan semodel "kan di Mesir, sekolah di Al-Azhar, kok bisa begini-begitu" atau, "muslim kok begini-begitu". ungkapan kontradiktif yang pahit tapi nyata. jadi, mengapa?

wallahu a'lam. banyak sekali faktor yang bisa disebutkan menjawab mengapa di atas. hanya saja, pangkal dari semuanya mungkin kedangkalan kita memaknai iman, kecetekan kita memahami iman. kelemahan kita memeluk agama yang lantas menggersangkan kesadaran, tak tumbuh seiring lamanya umur beragama kita. dari sana segalanya mengakar : dari pemahaman. sebab itulah sang gurunda jejak persaudaraan menempatkannya sebagai tiang utama, pertama. Al-Fahmu.


*skip. the time is up. just do it another time*
ketika malam semakin larut, sementara hari masih dini,
Bu'uts. 19 Jumadits-Tsani 1433 H / 9 Mei 2012 M.
untuk diri: giatkan refleksi, lalu, terbitkan darinya lakumu.

Comments

  1. Di situlah ujiannya, mbak wafy. menjaga nama baik yang serasa sudah tercoreng, jauh lebih sulit dibanding "membawa panji-panji itu sendirian". Well, i have some friends who have studied in al azhar and each of them has various and unique personality indeed... Ujian yang selanjutnya adalah ketika seorang pelajar telah menyelesaikan satu babak pendidikannya dan terjun ke masyarakat, berinteraksi dengan berbagai macam tipe orang, di situlah senyawa kepribadian diuji kohesivitasnya, leburkah ia dalam larutan zaman?

    ReplyDelete
  2. setuju kak, dan semakin tahun semakin berat, sebagaimana semakin tahun semakin deras berguguran. rekayasa perusakan massal, bisa jadi. atau, bahasakanlah, upaya penggagalan ujian, begitu mungkin ya ka, biar di ujian selanjutnya gak banyak tersisa orang.

    ReplyDelete
  3. jadi ingin tau lebih banyak tentang mesir,,,

    ReplyDelete
  4. Sila mampir mbak, we welcome you (:

    ReplyDelete

Post a Comment