surat cinta

Beberapa orang suka sibuk menghitung berapa lama mereka sudah menjadi,
Aku tak ingin larut dalam penghitungan itu,
Sebab sekian purnama menanti kita bersama
Lebih indah kusimpan harapnya.
Aku lebih suka bersama purnama untuk melengkapi
Derap perjuangan untuk kita hayati bersama.
Maka,
Bersama di syurga, adalah mimpi yang terus kita pelihara.

-cairo, 10 Februari 2018

Lima tahun tanpa surat cinta, mungkin itu seperti kita. Maafkan istrimu ini, Aa. Katanya perempuan selayaknya punya romantisme hasil kehalusan jiwa. Nyatanya mungkin aku tidak. Meski bukan tidak sama sekali.

Tapi bagaimana mengharap seorang perempuan yang tak pernah bersolek menatap cermin, melahirkan kejutan-kejutan surprise ala drama? Sementara drama selain kisah rumah tangga orangtuanya , hanya terhitung jari dilahapnya dari layar kaca. Jangan harap deretan seri korea ada di list tontonannya, sebab nyatanya ia seringkali jatuh tertidur saat episode pertamapun belum berakhir.

Tapi tenang, beberapa halaman buku yang pernah beruntung terbaca akan jadi bekal sedikit untuk mengasah sisi perempuannya. Meski belum terlatih juga membuat kejutan manis, setidaknya niatnya tetap ada.

Dan, akhirnya lewat sekali surat ini, ada terimakasih demi terimakasih yang ingin disampaikan.

Buat AA ter…

Terimakasih sudah mau bersabar menghadapi keanehan Adek. Bareng-bareng 24 jam dengan perempuan yang moody itu sungguh, terimakasih loh!

Terimakasih juga sudah mau menghadapi keras kepala dan ke-ngeyel-an yang kadang akibatnya harus bikin susah berdua, juga bikin susah sekeluarga. Masih ingat berkali-kali tragedi ngasih arah jalan tapi nggak pernah selamat dari nyasar kan? Hehe

Terimakasih juga sudah mengatur kata-kata menyampaikan kekecewaan atas diri adek yang penuh kekurangan. Masak kurang special, sekalinya masak ya kurang asin. Nyuci sering dibantu sampe selesai, niatnya Adek bagian lipat dan setrika, eh ternyata sampai sudah dibantu pun masih tetap menggunung baju yang menunggu giliran masuk lemari.

Terimakasih sudah bersedia repot-repot susah dan capek. Di luar kerja kantor yang sudah menguras tenaga, tesis yang nunggu disentuh, Aa masih mau digeret cari barang buat keisengan emak-emak yang kepalanya nggak berhenti ngulik sesuatu. Packing barang buat dikirim ke Tanah Air, ke orang yang membutuhkan. Padahal mungkin kalau dihitung untung nggak juga sampai bikin bahagia selangit. Cuma mungkin Aa baik hatinya luar biasa mau bertahan nemeni orang baru belajar membantu orang lain lewat berdagang. Akhirnya turun tangan, bangkit dari kursi kantoran dan jalani pesan ‘mendadak butuh bantuan’ yang dikirimkan.

Terimakasih banyaaak sudah lapang hati menerima keadaan terbatas Adek dan keluarga besar, sejak awal pernikahan. Dan sudah banyak membantu membahagiakan dengan cara khas. Juga lapang dada menunggu kata maaf yang kadang kala luput keluar dari mulut perempuan ini. Terimakasih juga sudah menjadi the family man of ours, yang selalu family comes first –after Allah and Rasul, of course-.

Terimakasih juga untuk satu pelajaran yang sering adek ingat, tentang all out dalam setiap urusan. Orang dan kondisi boleh menguji kita untuk setengah-setengah dalam pekerjaan. Tapi sesungguhnya performa adalah perihal kita sendiri. Jangan jatuhkan performa diri, nilai diri sendiri. Buat adek, perbincangan itu jadi cambuk tersendiri, meski kita berdua sesekali suka sedia waktu menikmati the sweetness of doing nothing.

Terakhir sebelum mengeluarkan deretan permohonan maaf, teriring terimakasih sejumlah hitungan yang cuma Allah yang tahu, terimakasih sudah memilihku bersama hidup Aa. Aa yang charming, yang halus jiwanya, yang kadang bisa diajak ‘menggila’ bersama, yang selalu all out dalam setiap pekerjaan. Maafkan Adek yang masih begini-begini aja..

Semoga Allah yang dengan nama-Nya kita mula hidup berkeluarga, menerima kita dengan segala jatuh-bangun menjalani takdir-Nya. Seperti doa paten yang kita terus lantunkan bareng anak-anak; kumpulkanlah kami di syurga.

Comments