Habis Sakit Terbitlah Syukur

Beberapa hari belakangan, kakak-adik bergantian sakit. Panas, mengiringi batuk dan pilek. Rumah seperti kehilangan separuh nyawanya, sebab suara hiruk pikuk menipis. Gerak aktif berkurang karena tenaga sedikit. Sedih, rasanya mau menukar posisi, biarlah mama-baba yang menanggung sakit daripada tubuh mungil mereka tergeletak lemah. 

Di saat-saat seperti ini, berkelebat hari yang terlewati dengan keceriaan mereka. Dan.. Berujung sesal yang menggelayuti hati sebab teringat gerutu yang acapkali terlontar. 

"aduh kok berantakan lagi sih kaak", 

"Udah dong mainnya, yang balok di sana juga belum diberesin", 

"Ini bukunya tolong ya, kenapa turun semua begini siih". 

Padahal, semua berantakan itulah penanda tangan-kaki kecil bereksplorasi. Bukti badan mereka sehat sejahtera. Lihat saja, koleksi boneka yang teronggok di rak depan sudah kangen mau dikeluarkan si kakak. Ditimang dan pura-pura disusui lengkap dengan jilbab sebagai nursing covernya. Balon yang mulai mengempes juga mungkin bertanya kapan mulai diremas habis oleh kuku jari adik. Kadang juga suka terlewatkan pengawasan sampai suka tergigit penasaran. 

Beginilah.. Mungkin sakit memang hadir untuk menampar kesadaran kita. Mencerabut tabiat kurang bersyukur untuk diganti settingan syukur setiap saat. Rasa sakit inilah yang sejatinya memicu pertumbuhan rasa syukur berkepanjangan. Sehingga cukup dengan mengingat sensasi rasa sakit tersebut, jutaan alasan syukur bisa kita datangkan baik dalam kondisi sehat atau luka. Saat lapang ataupun sempit. Lihatlah ke bawah, begitu Nabi merumuskan, agar tak melulu merasa kurang gegara dunia. Agar alhamdulillah lega memenuhi rongga.

InsyaAllah, hari akan selalu cerah bersama-Nya. Apapun cover keadaan duniawinya.

~

Cairo, 13/3/2017
Allahumma 'aafina wa'fu 'annaa

Comments