Orangtua Labil (?)

Pernah hampir meledak mendengar pertanyaan anak yang beruntun atau permintaan mainnya yang memaksa break -jeda- di suatu kerjaan? Ya, mungkin itulah drama langganan di rumah berisi toddler yang notabene masih terus perlu pendampingan. Drama yang menimpa saya juga hehe... Sampai suatu ketika ada rasa ingin minta wasit mengangkat tangan tanda berhenti 'pertandingan'. Trus saya bisa ngeloyor santai dulu gituh... 

Dan... Disitu rasanya seperti orangtua labil. Iya, labil. Mau banget anak bebas stres dengan bisa eksplor bebas, tapi males lihat berantakan. Males beresin dan males belajar bekerjasama dengan anak untuk beberes bersama. 

Cita-cita mau punya anak yang berjiwa problem solver, penemu buat aneka ragam pilihan masalah yang pelit di akhir zaman.  Tapi seharian lebih banyak diajak anteng nonton layar. Bukan nihil manfaat sih, cuma akan lebih manfaat kalau dia nongkrongin emaknya dengan komunikasi dua arah daripada searah sama layar, apalagi kalau jenis tontonannya sinetron -___-

Berharap punya minat baca tinggi, apalagi katanya the children who love to read will be the adults who able to think. Waaah perlu banget bisa mikir deh jaman sekarang, biar nggak membebek kemana-mana... Tapiii suka kalah sama kantuk dan lelah yang terbayang pas anak ngajuin 5 buku di depan mata. 

Mau membiasakan anak mengasah otak dan hatinya, tapi saatnya anak bertanya ini-itu tentang ini-itu lebih banyak diminta diam. Kadang bentakan tak tertahankan, Tanpa sadar membunuh sekian banyak sambungan saraf di otaknya. 

Maunya anak nurut, anak baik, anak shalih/ah. Sayangnya justru sering terjebak melabel dengan kekata, "duh ini anak bandel banget sih..." dan berulang setiap hari. Keluh mana yag akan didengar kerap oleh telinganya? Banyak mana dari doa pada Penciptanya? 

Berharap selalu anak rajin shalat, rajin mengaji, pokoknya yang cinta Allah, Rasul dan agama-Nya. Tapi tiap hari santapannya pemandangan shalat yang terburu-buru, hape yang lebih sering di tangan daripada qur'an. (Hiks! Note to myself banget inih mah).. Sekalinya nyuruh shalat yang keluar adalah ancaman nakut-nakuti, hayo loh masuk neraka. Lalu darimana ia dapat cinta?

Labil ya... Anak-anak itu, tiap hari mungkin terbebani harapan dan cita-cita orang dewasa sekitarnya. Sayang saja belum bisa bicara. Mungkin kalau bisa mengutarakan gundah jiwanya, mereka akan bertanya balik pada kelabilan kita, pada ketidakkondusifan lingkungannya; "Jadi maksud looh?" 

Dan pertanyaan itulah yang harusnya membuat mata kita terjaga. Telinga tersetel siaga. Walau terpaksa menjeda nyala kompor. Walau mainan bertebar. Ealau kerapian cuma bertahan sekejap mata. Walau serak tenggorokan terasa. Walau di ujung hati ada gusah yang hanya tertumpah di sajadah demi stabilnya masa emas mereka. Semoga di setiap usaha membersamai titipan-Nya itu, ada jarak yang kian dekat dengan syurga. 

Cairo, 10/1/2017. 

Menulis itu, menguatkan hati. Mengingatkan diri. Menyadarkan pribadi. 
#odopfor99days
#ke5

Comments