Kenapa Menikah

Suatu hari, terbit kalimat tanya yang memaksa saya tercenung dan menghela nafas. 

"Kenapa menikah? Buat apa?"

Ya, kenapa kah, buat apakah? 

Bukan, sama sekali bukan karena ada romantisme kala disampirkannya jaket saat rintik hujan. Kamu bahkan mungkin takkan pernah bertemu sesi serupa jika saat hujan itu kamu hanya sibuk mengangkat pakaian dari jemuran. 

Bukan juga karena ada gelaran bunga di setapak jalan menuju rumah. Sebab mungkin jalan itu harus kamu lalui dengan tergesa, terngiang rentetan prosesi masakan yang ingin terhidang, sementara ada perut lapar yang berharap jumpa.

Bukan pula karena ada sepasang tangan yang selalu menggandeng setia, menyertai kepergian kakimu kemanapun menuju. Atau menunggu panggilan jemput pulang. Barangkali nanti pemilik tangan kokoh itu justru lebih banyak penuh konsentrasi memegang kemudi sementara di otaknya berkelit kelindan perkara umat. 

Sungguh. 

Sementara kau tak bisa mengelakkan riuh jerit selisih si kakak dan adik. Bergelung peluh menyapu bolak-balik. Belum lagi tetanya apa-kenapa-kok begini dan begitu dari mulut raja kecil yang bergelora cari berita. Tak usah melirik cermin barang sedetik, karena jawabnya sudah pasti kau rasa. Waktu leluasa ke kamar mandi agaknya sudah semakin langka.

Dalam hati, ada keluh yang coba kau usap dengan kekata dari Yang Maha Bijaksana;

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [التحريم : 6]

Bukankah menjauh dari neraka (harusnya) sudah lebih dari cukup untuk jadi alasan tetap bergerak dan tergerak? 
Semoga. 

Cairo, 12/1/2107.
Tengah malam dengan aneka lokasi berbeda bagi sekelompok jiwa.

#onedayoneposting
#odopfor99days
#ke6
#onedayoneayat
#QuranChallenge 

 

Comments