Rindu Ibu Rumah Tangga

Hari ini, aku melipat bajumu dengan bekas derai air mata di sekujur pipi. Sebab, berhari-hari yang kujumpai hanya bajumu. Saja.

Dari awal prosesi memilah cucian kotor untuk digiling, sendu sudah menjadi judulku. Setiap kali tangan menyentuh celana pantalon dan kemeja, serat kain mereka menyetrumkan rindu.

Memasukkannya dalam mesin cuci, jika tidak ingat keadaan memaksaku melakukannya ingin kuselesaikan urutan rendam dan bilas dengan tanganku sendiri. Biar tunai baktiku.

Sebagai ganti, pada setiap sampiran baju pada jemuran kutitipkan pesan pada Pemilik Semesta agar menjagamu. Dan semoga langit cerah tempat kita sama bernaung di bawahnya, mengantarkan wewangi harum sebagai suluh semangat langkahmu.

Di penghujung senja, malam akan menyambut nyala setrika. Lalu bait doa terapal tanpa padam, seiring lipat demi lipat tumpukan rapi pakaianmu. Biarlah menjadi penutup paripurna cinta, yang tergelar sepanjang bahan, terjulur sepanjang jalan perjuangan menuju-Nya.

*aku cuma menuai remah rindu dari jarak yang, kupikir, agaknya memang Ia hadirkan sebagai penguat rasa kita. Ya, kadang kita membutuhkan jarak untuk mendekat. Kian dekat.

Kairo. April 12 2016.

Saatnya proses belajar menikmati masa dengan segala keadaannya. Tak peduli sendiri atau bersama. Toh, pegang teguh pada tali Allah sudah bertahun tertahbiskan menjadi senjata, bukan? Hasbunallah wa ni'mal wakiil

Comments