Berlapis Hijab di Mataku


Semakin hari agaknya mataku kian berat
Dunia tambah silau, atau aku yang menua?
Lalu,
Sejumlah kepala menjelma sama rupa
Tak tampak lagi keunikan pribadinya;
Ah, apa mataku sudah alpa?

Yang satu bermuka lembaga anu,
Yang dua berbentuk kumpulan itu,
Yang tiga berwarna hitam jelaga.
Aku hilang rasa,
Tak lagi mampu menikmati cahaya khas kuasanya.

Saat membagi cerita dengan kawan dalam diriku, ia menampar akal sehatku.
"Buka dulu hijab dari matamu,
Sungguh kau takkan bisa mempercayai anugerah penciptaan dari Yang Maha Esa;
Hingga kau melepas semua tabir dari lensa jiwa.
Membiarkan sinar tiap manusia menyentuh nurani, membimbingmu pada keseimbangan menilai.
Tanpa kungkungan dimensi,
Tanpa tendensi warna latar.

Jangan biarkan kau hilang sadar,
oleh sebab hijab yang terlanjur kau pasang. "

Tergugu; aku menyeru tangan merobek lapis demi lapis hijab dari mataku.

Tersedu; menghapus bayangan latar yang menghalangi aura dari tiap tatap.

Berlapanglah aku pada kenyataan
Tanpa menyerah dari nafas kehidupan.

~Kairo, 15 Februari 2016.
Teruntuk jiwa yang perlu menerima objek dengan lapang dada serta luas fikir.
Dunia indah dengan pelanginya, bukan?

Comments