Us-Time #3 #4

Us-Time lagiii 

Zaman kekinian lagi marak bahasan Me-time untuk Ibu-ibu ya. Dipikir-pikir enak juga ya punya me-time gitu, apalagi dipikirnya pas lagi mumet liat kerjaan numpuk plus bocil yang batrenya energizer. Rasanya me-time seperti cita tertinggi. Padahal mungkin di depan mata kita tergelar satu pilihan lain selain merutuki nasib dan mimpi me-time yang tak kunjung datang; menikmati us-time.
Ya, Us-Time. Waktu kita bersama dengan keluarga. Banyak waktu yang habis di rumah, tapi mungkin bukan habis bersama keluarga. Kita duduk saling bersisian, tapi pikiran bagai terjarak benua. Raga berdampingan, tapi jiwa berpunggungan. Ah, sejujurnya mungkin yang kita butuhkan bukan me-time; hanya perlu mensyukuri dan menikmati us-time dengan kesungguhan. Kapan lagi kan?
Maka bergerak dari pikiran selintas semasa insyaf itulah catatan celoteh ringan ini dibuat. Anggaplah ini seperti upaya saya pribadi menggenggam kenangan demi kenangan.
Eh judulnya sih seri catatan ringan yaa, etapi kok pendahuluannya kayak berat gimana gitu ya, heu.. Maafkan, dan selamat sama-sama belajar menikmati hidup! 


#3 Batuk
Pergantian musim memang ampuh membuat sekeluarga kompak tepar. Eh nggak sekeluarga deng, sepasang suami-istri aja huhu. Di tengah sahutan batuk dan hidung yang mendadak seperti cairr, Alhamdulillah masih ada anak kecil yang masih rajin keliling, loncat-loncat dan eksplorasi barang. Kami memilih menghabiskan waktu dengan leyeh-leyeh, hingga suatu ketika pada batukan Baba, our lil A dengan baik hati bertanya, "Baba napa?" (kenapa?)
Bukannya nggak tahu sih, tapi memang peran bocah emang suka dan rajin bertanya kan ya?
Baba menjawab singkat, "batuk, Nak..."
"Minum, Baba. Minum,"
"kenapa minum?"
"Iya, Batuk perlu minum," jawab A sepintas lalu sambil gendong dedek boneka.
Oh no, we just wonder how old are you Baby??? 


#4 Nggak apa atau nggak boleh?
Kalau lagi duduk santai sama anak kecil, pasti tangan pengennya usil jawil-jawil pipi, atau ngeledek apaa gitu. Malam itu tangan saya ditarik A, "Ayo kita ke kamar, Ma. Di kamar enak, adem." Saya turuti masuk dan seketika langsung tau modusnya main loncat-loncat di atas kasur. Iseng, saya tahan kakinya biar nggak leloncatan. Anak kecil pecicilan ini meronta, sambil merengut;
"Ih, nggak usah gitu. Nggak papa"
Haha, ternyata belum lulus-lulus dari membedakan antara 'nggak apa' dan 'nggak boleh'  keseringan disanggah sih die kalau lagi nolak sesuatu, apalagi di masa segala urusan dijawab 'nggak. Nggak mau. Nggak' padahal cuma diajak makan, atau diajak pindah tempat. Jadi begitu bilang nggak langsung disambut Mamanya, "Nggak apa, nggak apa-apa". Taraa inilah hasilnya; dipikir kalau ngelarang itu bilangnya 'Nggak apa' #tepokjidat. Sampai kalau ada teman yang mau pinjam mainannya dibilanh, "Nggak papa, nggak papa", sambil kabur pegang kuat-kuat mainannya 
Noted, satu PR: belajar bedanya nggak apa dan nggak boleh.

Comments