#abaikan

Allah, kalau bukan untuk-Mu, untuk siapa lagi?
kalau bukan pada-Mu, pada siapa lagi?

#

sesulit apa menumbuhkan rasa?
jangan tanya saya. mungkin karena terlalu lama menyimpan erat saraf rasa sehingga emosi yang keluar tidak menyentuh sensor perasaan spesial.
maka, menumbuhkan rasa itu, seperti membangunkan kembali sensor yang matisuri (atau dimatikan sengaja-tak sengaja) selama bertahun-tahun lamanya. Awaking the sleeping nerve *apasih

butuh waktu menormalkannya kembali, butuh perangkat yang kondusif menumbuhkannya terus, butuh daya melontarkannya meluarbiasa.

Allah.
pinta saya kali ini, tumbuhkan pada saat yang tepat, pada jiwa yang tepat, pada jalan yang tepat.
Lalu akhirkan pada akhir terbaik; rumah syurga-Mu.


#

entah kenapa episode hidup selalu berlangsung seperti ini.
serba cepat dan, -beberapa- mendadak.
dirunut-runut ternyata hampir menjadi stereotip tersendiri bagi semua momen saya. sebagian besar memang mungkin sebab saya yang tidak well-prepared dan tidak well-organized, tapi ada lebih dari satu yang memang tercetak begitunya. mendadak. terburu-buru. menuntut cepat. singkat.
kadang, kala sedang tersadarkan di satu halte pemberhentian, ingin rasanya mengurut dan mengecam diri sendiri untuk lebih merencanakan hidup. masa iya hidup mau dijalankan serabutan? oh no.

saat berpapasan dengan limit waktu, tak heran banyak sekali terucap upaya penyabaran diri sendiri yang bahkan kadang jauuh dari logis :D ya namanya juga usaha yak..


jadi jadiii.. ah, anggap aja latihan akselerasi. kursus kilat pengembangan diri. walaupun harus banyak terbelalak, toh harus tetap dijalani. semampu daya. sekuat upaya. yosshh! *kencangkanikatkepala hahaha :))

note: ini alamat tertekan betulan. kalau belum tertekan, nuansanya tentu bukan seperti ini. cek saja posting sebelum-sebelumnya >.< *pembenaran. halaah..


Comments