#HNW

Ada yang berbeda pada sore ini. Meski setiap hari adalah istimewa, pada dini hari, pagi, siang, sore pun malamnya. Sore waktu Kairo, berita yang baru saja terakses via jejaring social tiba-tiba membalut saya dalam keharuan. Biru.

Berapa banyak yang menjagokan sesosok bapak yang mulai berumur itu dalam perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada) istimewa kali ini? Saya tidak tahu berapa tepatnya, yang pasti beberapa kalangan sudah memprediksi sengitnya pilkada kali ini. Tapi bukan itu yang membuat pilkada kali ini istimewa, setidaknya buat saya pribadi. Daerah pilkada kali ini memang daerah istimewa dan agaknya juga teristimewa dari jajaran daerah istimewa lainnya; Jakarta. Ibukota yang lengkap dengan segala problem dan kelebihannya. Lengkap dengan segala fasilitas kota pusat Negara dan modernitas metropolitan. Rumit, serumit jalan alternative antar gang yang biasa kami sebut jalan tikus. Kompleks, sekompleks banyak kompleks rumah yang menyerabut di sana. Sayangnya bukan itu yang menjadikannya istimewa.

Pilkada DKI Jakarta kali ini ramai sekali agaknya. Terbukti dari banyaknya calon yang mendaftar. Yang istimewa ada di sana, di sosok yang baru saja mendaftarkan diri.

Bagi saya, melihatnya seperti mengingatkan pada telaga damai yang menyiramkan tenang pada kepadatan perjalanan panjang yang kerap hanya menyisakan lelah. Lelah, baik karena fisik, atau faktor jiwa melihat kawan seperjalanan berbelok tajam atau berbalik pulang tanpa kalam. Berlebihan? Mungkin. Tapi setidaknya mata saya bisa bercahaya melihat media pembelajaran yang membentang di depan sana, salah satunya dari cermin laku yang beliau hamparkan dalam tiap episode hidupnya.

Dan tiba-tiba suara Izzatul Islam melintas jelas..

“Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya

Kami adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya

Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi

Kami adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan

Kami adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman

Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi

Kami adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan

Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi da’wah ini , jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi”

 
Tuan, izinkan kami belajar keteguhan sebaik-baik jundi serta ketegaran sebaik pemimpin dalam cermin laku Anda dalam episode kali ini #HNW

Cairo, 21 Maret 2012
(mantan) ruang VIP PMIK, WismaNusantara

Comments

  1. Waaah bahkan Wafy nun jauh dsana berkisah tentang ini.. *.*
    Memang ada pelajaran luar biasa dbalik smua ini..

    ReplyDelete
  2. iya nih May, pas baca kabar itu langsung nyess.. masyaAllah, qadarullah fa'al..

    ReplyDelete

Post a Comment