Racau Meracau

Bolehkah saya menitipkan sedikit saja sanggah dan gumam disini?
Sedikit tentang beberapa bulan yang sesak. Tidak, bukan jadwal agenda yang padat, melainkan emosi. Jangan harap saya bicara emosi yang mereka katakan sebagai 'cinta' disini; ini samudera luas bernama emosi, yang kadang pasang berombak tinggi pun beriak surut.

Apakah harapan? kata mereka, itulah yang membuat jiwa tetap bergelombang pasang menyambut hari esok. Ada kalanya terbentur lelah, selalu tersedia pilihan untuk menyerah kalah atau melanjutkan denyut pengharapan sampai pada kenyataan yang terdekat pada harapan tersebut.

Dan, lelah. Payah. Tak bisa saya pungkiri keberadaannya dalam proses pengharapan. Dalam satu rentang masa ini, bisa jadi mungkin saya seringkali kalah. Dua sisi yang selalu menarik saya dengan kuat, melebihi kuasa yang terbayangkan pada diri saya sendiri.

Egoiskah saya bila saya ingin sama-sama maju tanpa mengorbankan satu pihak atau lainnya? Menggenggam erat apa yang dalam tangan saya, meski ada sesuatu yang merengek, meminta saya melepaskannya walau tanpa kata terus terang. Mungkin saya yang terlalu sering mengambil kesimpulan sendiri; mengganggap wajib harus bertahan pada dua kenyataan dengan dua tuntutan. Sampai pada kala dimana salah satu tuntutan itu tak mampu saya tahan; saya beranjak meninggalkan. Sementara sang satu itu memandang nyinyir dengan segala keterbatasan saya. Yang terbetik dalam benak saya untuk diteriakkan di gendang telinga mereka adalah, tidakkah kalian mampu turut memikirkan saya, sedikit saja, dan tidak bersikukuh menahan tuntutan buat saya? Sungguh ketidakpedulian mereka yang memahatkan gurat luka di sisi rapuh milik saya, jauh di bawah wajah. Egoisnya kalian, bolehkah jadi satu legitimasi keegoisan saya atas kalian?, jeritannya mungkin akan berbunyi seperti itu jika detik meracau sudah tiba.

Sabarlah sayang, bercermin saja pada sejarah yang tak pernah usang. Bercermin tentang perjuangan, pengorbanan dan konsistensi pada ketidaknyamanan. Memang, sungguh kemudahan akan datang tepat setelah satu kesulitan. 

*ouch.. maaf bila sungguh tak enak dibaca. anggaplah ini spam saja; hasil saya teriak dan meracau. :D

Comments

  1. aaa, Wafyyy,, reblog, retweet! sukaa.. ini sangat Scientiaa..

    ReplyDelete
  2. pengen ikutan-ikutan neriakin....
    bagi mereka,kalian(dalam note ini) ketahuilah...pengungkapan,penampakan atau apalah kata lainnya itu dapat mengganggu kestabilan orang lain sedikit tidaknya.....

    ReplyDelete
  3. wow ka wafy..
    enak dibaca ka, tulisannya ngalir... bahasanya bagus. tapi memang agak sedikit ganjil.. ehehehe

    berat untuk ada dalam posisi seperti itu. dapatku bayangkan, berapa kali kau menangis, atau bahkan lebih dari yang kubayangkan, atau kau hanya meninju-ninju tembok, sebagai ganti sumpah serapah, atau cukup dengan memasang wajah masam atau bahkan, benar-benar kau cukupkan hanya dengan berwajahkan kosong. namun untuk orang sepertimu juga, ka.. dapat kubayangkan betapa kau menahan segenap rasa yang ada dalam diri, dengan iming-iming "kesabaran", demi Allah selalu membersamai.
    --sayangnya aku belum kenal dekat ka wafy, hehe--

    inilah okenya bodrex*ups.. inilah okenya sahabat, kak.. ka wafy bisa manfaatkan sebagai kotak saran, untuk meminta masukan, sebagai perantara dengan-Nya dengan meminta do'a, sebagai tempat sampah, untuk menumpahkan, membuang segala kemuakkan yang ada di dalam hati dan mungkin juga sebagai kotak tisu, untuk menyeka air mata ka wafy agar saat kemenangan atas kebenaran itu tiba, mampu digenggam bulat-bulat, milikmu, semua! (kira2 ka wafy mudeng ga ya, kenapa saya ngomongnya ke arah sini? hehehe)

    anyway, tulisannya keren banget kak, aku jadi sedih(beneran) nampol. ka wafy, SemangaKA!!! semangat, karena Allah! makin ngebuat aku nge-down tapi bersemangat, "apa kerjamu? mana hasil karyamu? mana bentuk nyata dari akal, mulut dan tanganmu?" wo-ow! --makin geje saya. pamit ah ka :)

    oh ya ka, --eh, ga jadi deh*bletak!
    met rehat ka wafy.. assalamu'alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh :D

    ReplyDelete
  4. ahlaan iFah.. bikulli suruur:) btw, maaf kalau banyak ketidakjelasan disana-sini. Maklum, judulnya tetap saja: meracau.

    ReplyDelete
  5. Ayie.. Ayie.. u went so far :D Just take 'it' simple as we used to be. (nah lo, bener kagak tu bahasanya yak?) Stabil itu terkait erat dengan tali kita dan Yang Menggenggam Jiwa :)

    ReplyDelete
  6. Komenmu sungguh sangat sungguh deh Ma >< (mulai nggak jelas deh..)
    anyway, perumpamaan 'okenya sahabat' itu boleh juga;) Selamat sama-sama ber-SemangkA, Isma..

    ReplyDelete
  7. Maaf yaaaa ka wafyyyyy.... Banyak salah dan ketidakjelasan:P

    InsyaAllah.. Siap ka!


    Btw, itu ka ayi? Ka ayi ka ayi ka ayi? Ini ismaaaaaaaaa.. #jingkrak2. Hehe

    ReplyDelete
  8. Iya Isma.. Itu kak Ayie kakaknya Cici *selamat ketemuan deh dimari:)

    ReplyDelete
  9. wafy:emang gw kan suka lebay....iya,,,,gw cuma menyapa kalian /mereka.
    coz terkadang tali kita/aku dengan penggenggam jiwa ga selama erat kadang longgar kadang erat...
    tsabbit qulubana,ya Rabb!!!

    ReplyDelete
  10. isma:isma....isma...isma..jingkrak juga (kairo gempa deh!)

    ReplyDelete
  11. Kak, aku ijin kopas ya Kak.. Jazakillah..
    Pesannya tersampaikan, tapi ga bisa berkata-kata Kak.. :)
    #Jleb..

    ReplyDelete

Post a Comment