Jembatan Komunikasi antara Venus dan Mars

Alert: Jembatan Komunikasi antara Venus dan Mars ini hanyalah catatan selintas plus ringan dari kilasan hidup sehari-hari. Dan sama sekali bukan versi John Gray: ini versi saya. Just me

Usai percakapan via telpon dengan salah seorang teman plus adik kelas saya sesama perempuan, tiba-tiba saya teringat satu kejadian partner DP Wihdah -tentunya perempuan- dengan salah seorang laki-laki pengurus PPMI. Mungkin bisa jadi salah satu catatan saya dan siapa saja tenatang perbedaan komunikasi antara laki-laki dan perempuan.

Sore itu, mereka bekerjasama dalam satu kepanitiaan acara. Di akhir acara, partner Wihdah, sebut saja A, akan merekap pengeluaran belanja acara hari itu bersama temannya, si B. tentu saja berkaitan dengan pengurus PPMI, sebutlah Z. Karena A dan B sama-sama perempuan, mereka bilang ke Z, lebih baik penghitungan dilakukan di dalam mushala Wihdah. Menanggapi hal tersebut, Z mengiyakan saja dengan memaklumi keleluasaan mereka –A dan B- jika menghitung di dalam. Menyingkirlah Z ke dalam ruang kantor PPMI yang terletak di seberang sisi mushala usai mengucap janji untuk bertemu kembali jika urusan hitungan sudah selesai. Lamaa ditunggu, penghitungan A dan B sudah selesai sejak lama, tapi ternyata Z tak kunjung menghampiri. Yang ada hanya Z terlihat dua kali mondar-mandir keluar masuk ruang PPMI, disaksikan A dan B di depan, di luar mushala yang melihat penuh harap dihampiri sambil berkata, "Udah dingin nih..". Z hanya mengangguk dan melengos begitu saja menanggapi kata A dan B. Akhirnya ketika dirasa tak tahan menunggu lebih lama, C –teman A dan B yang juga DP Wihdah, yang rencananya akan pulang bersama A dan B tapi terpaksa harus menunggu kerjaan A dan B selesai- mengetuk pintu ruang PPMI, keluarlah Z dengan wajah tak bersalah yang langsung didamprat C.

"Ngapain sih, di dalem lama banget? Kita mau pulang nih, udah malem", C menyerbu Z dengan nada tinggi. Rahang Z mengeras, merutuk dalam hati, apa-apaan ni diomelin perempuan.. A langsung menyambung dengan berseru, "Ayo, kita udah selese dari tadi. Kemana aja sih.." Z yang tak siap diserbu berbalik badan bergegas kembali masuk ke ruang PPMI, dan membanting pintu masuk ruang PPMI di depan para perempuan tadi. A, B dan C tercengang.

Hari itu berakhir sampai disana. A pulang dengan menyimpan air mata terkejut atas bantingan pintu. Dan Z, misuh-misuh kenapa pula harus dimarahi.

"Kenapa nggak bilang baik-baik aja kalo mereka udah selesai, mbak? Kan bisa nggak usah pake ngomel macam itu pula.", keluh Z esok harinya ketika iseng saya bertanya kejadian kemarin (saat itu sayangnya saya sedang tidak di tempat kejadian perkara alias TKP:)). Saya berusaha menjelaskan berdasarkan cerita versi A dan B yang saya dapat. Katanya, mereka sudah bilang pada Z saat Z keluar masuk ruang PPMI, bahwa mereka sudah kedinginan. Z tak terima, lantas melanjutkan keluh dan protesnya, "Iya mbak, saya tau mereka bilang dingin. Tapi mana saya tahu maksud mereka sudah selese dan minta cepet kumpul lagi. Saya pikir mereka cuma mau bilang disini dingin, thok."

Mendengar pengakuan polosnya, saya langsung mengulum senyum dan menahan tawa. That's it. Disitu bedanya. Perempuan, ketika bilang mau es krim merasa cukup hanya dengan berkata, "Eh, es krim itu manis ya.." sementara laki-laki menangkap bahwa maksud mereka hanya ingin berbagi tahu bahwa rasanya manis. Padahal terjemah dari kalimat yang perempuan ucapkan adalah, mereka menginkan es krim itu. Jadi, ada perpanjangan dari sekedar maksud zahir yang tertangkap laki-laki. Kalau digambarkan bisa jadi seperti ini siklusnya:

"Es krim itu manis ya.." > rasa es krim manis > karena manis, maka enak sekali untuk dicoba > lebih baik kalau ada yang berbaik hati beliin > kamu lah yang beli, secara kamu yang ada disini dan saya ajak omong (haha)

Laki-laki, terkadang hanya  menangkap sampai tahap pertama, bahwa rasa es krim manis, dan tidak beranjak memahami makna turunan (apa deh, bahasa ilmiahnya? entahlah) dari makna tersebut. Maka, tak jarang perempuan menganggap laki-laki kurang sense, atau nggak ngeh. Lantas perempuan tersebut cepat sekali mengambil kesimpulan kalau laki-laki itu nggak ngeluarin duitnya juga, berarti dia pelit. Lha, padahal belum tentu juga dia pelit, mungkin cuma kurang paham atau malah, sama sekali nggak nangkep maksud si perempuan. Meskipun juga tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki itu memang pelit, sama seperti belum tentu juga si laki-laki nggak ngerti, bisa jadi cuma pura-pura nggak ngerti

Kok cuma laki-laki yang dibahas? Oow, tenang cuy, saya bahas dua sisi nih, baik laki-laki maupun perempuannya biar fair dan dapet trophy fair play-fair game-nya FIFA, sekalian sepatu emasnya kalau diizinkan om Sepp Blatter

Di momen ketemu Z akhirnya jadi area ceramah singkat saya. Singkat kok, lima menit saja, kurang lebihnya mohon maaf.

"Itulah, perempuan memang terkadang nggak bisa, atau susah bicara dengan jelas." Bukan kesulitan bicara model gagap atau cadel maksudnya. Susah bicara jelas yang dimaksud adalah, susah mengungkapkan makna dan maksud hati dengan jelas dan gamblang, dengan kata-kata yang langsung mengungkap makna yang dimaksud dan diinginkan. Sehingga untuk mengulik maksud sebenarnya, butuh satu dua kali langkah usaha lagi. Sila cek siklus di atas.

Untuk kasus yang terjadi pada A, B, C dan Z, bisa dibuat versinya seperti ini:

"Udah dingin nih.." > udara dan cuaca dingin bikin menggigil > cepet pulang > pulang berarti kudu selesai urusan > ayo selesaikan urusan kita!

Padahal mah, sebenarnya bisa saja perempuan membiasakan diri dengan berkata jelas dan gamblang. Alah bisa karena biasa, dan alah biasa karena dipaksa, tho? Dengan membiasakan berkata jelas dan langsung pada makna, tentu akan banyak mengurangi resiko dan peluang kesalahpahaman yang rentan terjadi pada keseharian. Coba saja, bisa jadi kesalahpahaman pada penggunaan kata yang kurang langsung, atau kata yang menyiratkan makna dan tidak menyuratkannya-lah salah satu pemicu konflik antar jenis yang berpotensi memanas dan meledak. Dalam konteks kejadian Z, tidak bisa disalahkan memang kalau Z hanya paham bahwa kata-kata A dan B hanya sekedar pernyataan saja. Atau, kalau mau lebih ekstrim lagi, tidak menutup kemungkinan Z malah akan berniat baik membantu dengan menyodorkan selimut dan jaket untuk menanggulangi dingin dan diharapkan memperlancar kerjaan hitung menghitung agar cepat selesai. Bisa jadi kan?!

Kalau pertanyaannya kenapa, jangan tanya saya deh.. Sama seperti perempuan lain, saya juga kadang blank dengan alasan pasti kenapa bisa perempuan berbuat seperti itu. Itulah, Sigmund Freud yang bertahun-tahun ngutek-ngutek soal perempuan aja bingung. It works just by its own way.

Mungkin selalu ada alasan berbeda di balik tiap perempuan. Bisa jadi karena memang tabiatnya enggan dan sungkan berkata langsung. Atau mungkin malu untuk blak-blakan. Atau bisa jadi, pura-pura malu untuk menutup muka dari malu, seperti contoh es krim di atas, apa jadinya kalau minta dibeliin langsung? Padahal kalau dipikir-pikir no problem juga ngomong langsung, biar langsung dibeliin, kalau si laki-laki memang mau beliin, atau langsung tau kalau si laki-laki nggak mau beliin biar nggak perlu harap-harap cemas dan menggantung harapan pada angin lalu. Toh, bisa beli sendiri juga kan?  Atau, mungkin juga si perempuan memang penganut balaghah-freak, sastramania yang rajin mengungkap makna dengan berbagai frasa. Siapa tau?

Oya, sebelum lupa, satu 'penyakit' lagi pada kebanyakan perempuan selain sulit berkata jelas dan gamblang, yaitu sulit berkata singkat!

Sudah dan Masih 18 November. Dingin. Tahrir hari ini ramai dengan sorak sorai di bawah judul Jum'at Mathlab Wahid. Mau ikut kesana tapi kok ya rasane asing tenaan.. Oalah, sing apik-apik ae nduk..

(Lagi pengen banget nulis tentang satu kasus perbedaan komunikasi perempuan dan laki-laki, padahal tugas tulisan lain masih mentaah bangeett..! Ganbatte! Akiramenai! :)

Comments

  1. Kisah Lampu Ajaib

    seorang pemuda menemukan sebuah lampu ajaib dan menggosoknya. Keluar lah jin dan ia berkata "sebut satu permintaan! Maka akan aku kabulkan"

    si pemuda menjawab, "aku ingin ada jembatan yg menghubungkan pulau jawa dgn amerika serikat"

    si jin mengeluh, "akan sangat lama u/ mengabulkan pintamu itu. Ganti dgn permintaan lain!"

    pemuda menyahut "aku ingin dapat memahami perasaan wanita"

    si jin langsung berkata, "hmmm...jembatannya mau dua jalur atau tiga jalur?"

    *only-joke

    ReplyDelete
  2. wah....wah...wafiyyah jadi pengen ngakak...jadi diabadikan lwt tulisan gini kisah konyol+aneh.Alhamdulillah si Z ga bisa menggapai jejaring ini.....
    atsar mutarotab:A jadi sensi dgn Z(ada&tiada kesalahan Z)

    ReplyDelete
  3. hehehe,,ampun dah fi,,baru baca tulisan ini,,pasti percaya kalo jannah bacanya sambil senyum-senyum nahan ngakak..(misi muslimah seutuhnya soalnya :P)
    biar atsar mutarottabnya ga berlarut-larut, A terus terang aja kalo mw minta maaf ke Z :D

    ReplyDelete

Post a Comment