Bincang Malam #2

#2

Malam, tahukah kau betapa ujian mengakrabi manusia?

Kau baik-baik saja kah, sayang?

Ya, jangan khawatirkan keadaanku. I'm on my best.

Hmm, ujian ya? Bukankah memang ia tercipta bersama penciptaan manusia?

Maksudmu?

Biarlah kita bicara konteks yang lebih luas ; keberadaan kita di dunia tak akan terlepas dari ujian.

Sepertinya, ia bersisian dengan masa. Ah, entahlah. Aku tak cukup cerdas menyimpulkannya.

Tidak, sungguh. Kau tahu kau bisa memahaminya.

Ah, belum, mungkin. Aku cuma berusaha menerjemahkan yang telah kulewati, malam. Rasa-rasanya benar katamu; ujian tercipta bersama penciptaan manusia

(senyum) sebab, satu dari tujuan penciptaan memang berdasar  ujian, sayang. Ujian untuk memberikan hal terbaik dari apa yang telah Ia ciptakan dalam kita; jiwa, raga, keluarga, harta, ilmu, masa. Maka ketika manusia mulai mengecap hawa alam dunia, seketika di sisinya ujian menyerta. Itulah yang kau sebut di awal bincang kita; mengakrabi.

Hmm.. dan lagi, mengapa bertubi-tubi? Tidakkah kau pernah merasakan lelah yang sama, malam? Saat dunia seakan tak hendak melihatmu berjalan tegak, saat udara seakan segan berkawan. Padahal kau ada, tapi keberadaanmu tak pelak hanya menjadi objek timpaan ujian.

Kau mengungkapkan rasa, dan izinkan aku menerimanya dengan akal sehat agar berimbang, sayang.

Ya ya. Aku sungguh berterimakasih untuk itu, malam. Sebab, akal sehat-lah yang akan mengembalikan stabilitas rasa.  

Lanjutkan, sayang. Tapi tolong singkirkan air mata segera, jika ia mulai mendesak keluar saat ini. Aku tak ingin perbincangan kita dihadiri tamu tak diundang sejenis air mata.

Air mata bukan apa-apa, malam.

Simbol rapuh itu ada pada air mata, sayang. Maka, tolonglah..

Tidak. Bagiku air mata hanya pelepas cerita, simbol emosi tanpa tendensi kerapuhan atau kelemahan.

Baiklah, pada sisi ini; pada air mata, biarkan kita berbeda.

Toh, aku belum akan mengeluarkan air mata saat ini. Ia tersimpan jauh, dan rapat. Tenanglah, malam. Bincang kita saat ini bersih dari, apa tadi kau sebut? Ah ya, tamu tak diundang.

Kembali lagi. Lanjutkan ungkap rasamu.

Ah, ujian itu, malam. Seperti tak memberiku jeda menarik nafas. Pelit sekali. Sampai jengah aku dibuatnya, malam.

Bisa saja kau ini, sayang. Tapi kita tak pernah lupa bahwa Allah tak luput menyimpan makna di setiap itu kan? Jangan sampai jengahmu, emosimu menutup matamu dari melihat semuanya.

Memang, malam. Emosi sangat berpotensi menutup mata dari makna berharga di balik tiap peristiwa. Bahkan saat kita sudah mewanti-wanti diri kita sejak awal bertemu ujian, emosi bisa saja memaksa perlahan, membuat mata kita tertutup begitu saja. Dan buta sudah dibuatnya.

Itulah. Dan bagaimana denganmu sejauh ini?

Doakan saja, malam. Semoga aku berteman erat pada percaya serta akal sehat dan emosi berimbang. I'm trying my best on it.


June, 16th 2011. They said it is examinations' days.

Comments

  1. Tfs, perbincangan yg menyenangkan

    ReplyDelete
  2. sekedar bincang imajiner yang coba dituang mbak :) u r welcome dan salam kenal mbak..^^

    ReplyDelete
  3. sekedar bincang imajiner yang coba dituang mbak :) u r welcome dan salam kenal mbak..^^

    ReplyDelete
  4. suka,suka banged ka!! #pelukkaka

    ReplyDelete
  5. suka sangaaat.. #pelukWafy. *ngikutin Zidna. hehe..

    ReplyDelete
  6. semoga bermanfaat ya.. Teriring doa: Allahummaj'alna min ash-shabirin..

    #pelukkalianberdua, Zidna&Ifah:)

    ReplyDelete

Post a Comment