Menyapa Pahlawanku

Menyapa Pahlawanku

Apa kabar Nak? Malam ini, aku terjaga setelah lama rindu menyesakkanku. Maka, izinkan aku menjumput harapan, hanya untukmu, Nak. Kutitipkan pada Sang Pencipta segalanya; diriku dan dirimu. Harapanku dan kenyataanmu.
:
Nak, jika kau telah tergenapkan menjadi permataku, sungguh tak ada yang lebih baik mengalir dalam darahmu kecuali kalam Sang Pencipta dan utusan-Nya. Kalam-Nya sebaik-baik dan sebenar-benar pemandu jalan, maka jadikanlah ia ikut mengalir dalam nadimu dan terhayati dalam detakmu.
Dan rongga-rongga tulangmu, biarlah memadat dengan epik heroik yang menghimpun ragam kemuliaan para sahabat agung; setia Abu Bakar Ash-Shiddiq, tangguh Umar bin Khattab, rasa malu Utsman bin Affan, bijaksana Ali bin Abi Thalib, tajam Pedang Allah, Khalid bin Walid, cendekia Abdullah bin Abbas, dermawan Abdurrahman bin Auf, tegar Ammar bin Yasir.. Sungguh, satu persatu kusebutkan mereka disini tak akan mencukupi semuanya, Nak. Biarlah sirah generasi emas ini mengisi rehat duniamu, agar kau kenali sendiri kemuliaan mereka dengan jernih mata hatimu.

Sebab pendar semangat akan kembali menegakkan kepal tanganmu yang sempat melayu, menggerakkan langkahmu yang sempat tersendat, membuka lisanmu yang sempat terkunci menyuarakan kebenaran. Sebab kisah mereka –para sahabat Muhammad Sang Manusia Terbaik- akan meruntuhkan ragu dan penatmu, membawamu pada kesadaran berbuat lebih banyak selagi kau mampu. Sebab perjalananmu belum lagi menyamai pengorbanan jiwa raga mereka.

"Sungguh, jika kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud sekalipun tak akan pernah menyamai para sahabatku.." (HR. Muslim)

Kepada merekalah tercermin perkataan-Nya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (QS. Ali Imran:110)

Begitulah citaku, Nak, mempersiapkan ruhmu sejak Allah meniupkannya pada jasadmu, untuk satu misi agung; mengembalikan kejayaan agama Allah yang memudar. Mendidik dan menempa jiwa serta ragamu untuk mengarungi perjuangan panjang.

Kelak kaulah yang akan mewarisi ghirah Shalahuddin Al-Ayyubi saat memenangkan Tanah Suci Baitul Maqdis beserta Masjid Al-Aqsha di perang Salib. Saksikanlah jejak keshalihan dalam kalimatnya saat melihat pasukannya bergegas melaksanakan qiyamullail; "Sungguh dengan inilah Allah memenangkan kita", atau kalimatnya yang lain, "Bukanlah musuh yang saya takuti, melainkan dzunubul juyusy, dosa para tentara." Tak lain karena ia menyadari betul peran dosa dalam menghancurkan perjuangan itu sendiri.

Kelak kaulah yang akan mengulang gemilang Muhammad Al-Fatih saat penaklukkan Konstantinopel. Memutar kembali detik-detik bersejarah yang mencatatnya sebagai pemuda sebaik-baik pemimpin, sebagaimana Rasul berkata: "Sesungguhnya Konstantinopel akan takluk di tangan seorang pemuda, sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin tersebut, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya." (HR. Ahmad)

Kelak kaulah yang menghimpun letup ikhlas semangat jihad pemuda Yahya Ayyas dan Fathi Farahat, kecerdasan Imad Aqil, serta sosok rabbani Syekh Ahmad Yassin, si Penggengam dunia dari kursi roda, menghimpun lalu mengendapkan semua itu dalam kerangka tubuhmu.
Biarkan, biarkanlah sel tubuhmu terdiri dari padanan istimewa mereka itu; Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih, Yahya Ayyas, Fathi Farahat, Imad Aqil, Syekh Ahmad Yassin, juga berjuta pejuang lain.

Menjadilah kau seperti mereka, para sahabat peneladan manusia terbaik, Muhammad SAW serta para pejuang di jalan Allah;

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…" (QS. Al-Fath:29)

"Apapun yang musuh lakukan kepadaku melainkan syurgaku selalu bersamaku, kebun (lapang) di dadaku, sungguh pembunuhan mereka terhadapku adalah mati syahid, pengasingan adalah perjalananku, penjara adalah khalwatku, dan penyiksaan terhadapku adalah jihad di jalan-Nya." (Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah)

"Diamnya seorang pejuang adalah berpikir, dan bicara lisannya adalah dzikir." (Fathi Yakan)

"Ikhlas itu kunci keberhasilan. Kemenangan para salafushalih adalah karena tiga hal: kekuatan iman, kebersihan hati dan keikhlasan." (Hasan Al-Banna)


Berdirilah pada zamanmu, kaulah pahlawan itu, Nak!


23 Desember 2010, pukul 03.30
(Nak, jika Allah belum menakdirkan kita berjumpa di dunia,
semoga Allah mengizinkan kita bertatap muka di syurga-Nya..)


#posted buat teman-teman sesama perempuan; yang sudah atau akan menjadi Ibu, Mari berbagi semangat wahai Perempuan: sebab engkau perempu peradaban.. ;)

Comments

  1. Wafyyy, sukasukasuka.. ^^
    izin share di efbe yak. hoho.

    ReplyDelete
  2. dan smangat khas Sudirman, Natsir, Buya Hamka, Agus Salim..

    ReplyDelete
  3. Sila ifah.. Smg bermanfaat.. Eh,iya ya.. Baru ngeh belum menceritakan pahlawan tanah air.. Next time, next edition. Atau Ifah yg mw menuliskannya? Ditunggu loh.. ;)

    ReplyDelete
  4. akhirnya tulisan ini keluar di MP.setelah lama tersimpan.
    stuju sama ifah share sebanyak@nya.coz kita ummahaatul ghod.
    semoga Allah izinkan kita mencetak pahlawan itu.
    nama-nama pejuang itu,jadi inget camping 2mts...
    "indana alfata...fathi..fathi.."(yel-yel fathi farahat's group)

    ReplyDelete
  5. Ayie: yaya.. akhirnya keluar juga meski masih terbatas buat users tertentu (disetting khusus perempuan dulu nih..) hehe. Semoga bermanfaat..

    ReplyDelete
  6. Ayie, Ifah dan kawan-kawan: akhirnya setting specific users only saya ubah dengan seksama dalam tempo sesingkat-singkatnya:D Sekalian saja dibuat terbuka, apalagi link-nya udah publish di FB (FB ifah, not me:p). So, semoga lebih bermanfaat yaa..

    ReplyDelete

Post a Comment